Profil Desa Rabak
Ketahui informasi secara rinci Desa Rabak mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Desa Rabak, Kecamatan Kalimanah, merupakan lumbung padi vital bagi Purbalingga. Wilayah ini menonjol dengan potensi agraris yang kuat, didukung oleh sektor peternakan unggas air dan kerajinan sapu glagah yang menjadi warisan ekonomi turun-temurun.
-
Lumbung Padi Utama
Sebagian besar wilayah Desa Rabak ialah hamparan sawah produktif yang menjadikannya salah satu pemasok beras utama di Kecamatan Kalimanah dan sekitarnya.
-
Sentra Kerajinan Sapu Glagah
Desa ini merupakan pusat produksi kerajinan sapu glagah (sapu ijuk dari rumput khusus), sebuah industri rumahan yang diwariskan lintas generasi dan menjadi penopang ekonomi alternatif.
-
Potensi Peternakan Unggas
Dengan kondisi geografis yang mendukung, Desa Rabak dikenal sebagai salah satu sentra peternakan itik dan entok, yang menyediakan pasokan telur dan daging untuk kebutuhan lokal.

Di antara hiruk pikuk jalur utama yang menghubungkan Purbalingga dengan Banjarnegara, terhampar sebuah wilayah yang tenang dan subur bernama Desa Rabak. Sebagai bagian integral dari Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga, Desa Rabak menampilkan wajah perdesaan yang otentik, di mana roda kehidupan masyarakatnya bergerak selaras dengan ritme alam dan musim tanam. Desa ini bukan sekadar pemukiman, melainkan sebuah lumbung pangan vital yang menopang stabilitas pasokan beras serta pusat pelestarian kerajinan tradisional yang unik dan bernilai ekonomi.
Secara geografis, Desa Rabak terletak di atas lahan seluas 147,24 hektar atau sekitar 1,47 kilometer persegi. Dari total luas tersebut, sebagian besarnya didedikasikan untuk lahan persawahan yang subur, menjadikannya salah satu desa dengan area pertanian terluas di kecamatannya. Berdasarkan data BPS tahun 2021, Desa Rabak dihuni oleh 3.745 jiwa. Dengan luas wilayah tersebut, tingkat kepadatan penduduknya ialah sekitar 2.544 jiwa per kilometer persegi. Secara administratif, desa yang menggunakan kode pos 53371 ini memiliki struktur pemerintahan yang terorganisir, terdiri dari 3 Dusun, 4 Rukun Warga (RW) dan 18 Rukun Tetangga (RT), yang menjadi fondasi bagi kehidupan sosial kemasyarakatan yang erat.
Asal-Usul Nama dan Jejak Sejarah Desa
Setiap nama tempat seringkali menyimpan cerita dan filosofi dari masa lalu, begitu pula dengan Desa Rabak. Menurut narasi yang berkembang di tengah masyarakat dan dituturkan secara turun-temurun, nama "Rabak" diyakini berasal dari kata "Rubak" atau "Rambak," yang dalam bahasa Jawa memiliki arti luas, lapang, atau lega. Penamaan ini merujuk pada kondisi geografis desa pada masa lampau yang didominasi oleh hamparan persawahan yang sangat luas dan terbuka sejauh mata memandang.
Cerita rakyat juga menyebutkan adanya sosok tokoh pendiri atau cikal bakal desa yang dikenal dengan nama "Mbah Rubak Sari". Beliau dipercaya sebagai orang pertama yang membuka hutan dan lahan untuk dijadikan pemukiman serta area persawahan di wilayah tersebut. Nama "Rubak" dari tokoh inilah yang kemudian dilekatkan menjadi nama desa sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya. Sejarah penamaan ini merefleksikan identitas utama Desa Rabak sebagai kawasan agraris, sebuah warisan yang terus dijaga oleh masyarakatnya hingga hari ini.
Pemerintahan Desa yang Berbasis Potensi Lokal
Pemerintahan Desa Rabak, yang dipimpin oleh seorang kepala desa, menjalankan fungsinya sebagai motor penggerak pembangunan dengan fokus utama pada penguatan potensi lokal. Visi pemerintah desa sangat jelas, yaitu mengoptimalkan sektor pertanian sebagai tulang punggung utama ekonomi seraya mendorong pengembangan industri rumahan sebagai sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat. Kebijakan dan program yang digulirkan senantiasa diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan perajin.
Di bawah kepemimpinan Kepala Desa Sugiyono, berbagai upaya dilakukan untuk memajukan desa. "Kekuatan utama kami ada di sawah dan kreativitas warga dalam membuat kerajinan. Tugas kami ialah memastikan para petani dan perajin ini bisa terus bekerja dan produknya memiliki nilai," ujar Sugiyono dalam sebuah wawancara dengan media lokal. Pernyataan ini menegaskan komitmen pemerintah desa untuk hadir sebagai fasilitator, baik melalui pembangunan infrastruktur penunjang pertanian seperti saluran irigasi, maupun dengan memberikan pendampingan bagi para pelaku UMKM. Kolaborasi antara pemerintah desa, kelompok tani, dan komunitas perajin menjadi kunci keberhasilan dalam menjaga stabilitas ekonomi desa yang berbasis agraris dan kerajinan.
Roda Perekonomian: Sinergi Pertanian, Peternakan, dan Kerajinan
Struktur ekonomi Desa Rabak berdiri di atas tiga pilar utama yang saling bersinergi, yakni pertanian padi, peternakan unggas air, dan industri kerajinan sapu glagah. Kombinasi ketiganya menciptakan sebuah model ekonomi perdesaan yang tangguh dan berkelanjutan.
Lumbung Padi Penyangga Ketahanan Pangan
Pemandangan hamparan sawah hijau yang membentang luas merupakan ciri khas utama Desa Rabak. Sebagai lumbung padi, desa ini memainkan peran krusial dalam menyangga ketahanan pangan, khususnya untuk wilayah Kecamatan Kalimanah. Para petani di Desa Rabak dikenal ulet dan telah menguasai teknik persawahan secara turun-temurun. Dengan dukungan sistem irigasi yang relatif baik, mereka mampu mencapai siklus panen yang optimal sepanjang tahun. Hasil panen padi dari Desa Rabak tidak hanya untuk memenuhi konsumsi lokal, tetapi juga didistribusikan secara luas ke pasar-pasar di Kabupaten Purbalingga, menegaskan fungsinya sebagai salah satu pusat produksi beras yang penting.
Potensi Peternakan Itik dan Entok
Melengkapi sektor pertanian, banyak warga Desa Rabak yang juga menekuni usaha peternakan, khususnya unggas air seperti itik (bebek) dan entok. Kondisi geografis desa yang kaya akan air dan sumber pakan alami dari area persawahan menciptakan lingkungan yang ideal untuk beternak unggas jenis ini. Usaha peternakan ini umumnya dikelola dalam skala rumahan, namun kontribusinya terhadap ekonomi keluarga tidak bisa dianggap remeh. Hasil dari peternakan ini, baik berupa telur (terutama telur itik yang sering diolah menjadi telur asin) maupun daging, menjadi sumber protein hewani sekaligus pendapatan tambahan yang signifikan bagi masyarakat.
Kerajinan Sapu Glagah: Warisan yang Terjaga
Keunikan Desa Rabak yang paling menonjol ialah keberadaan industri kerajinan sapu glagah. Sapu ini dibuat dari bunga rumput gelagah (Saccharum spontaneum) yang dikeringkan, sebuah material yang berbeda dari sapu ijuk pada umumnya. Kerajinan ini merupakan warisan budaya ekonomi yang telah ditekuni oleh warga selama puluhan tahun dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Di banyak rumah di Desa Rabak, terutama di kalangan generasi yang lebih tua, aktivitas merangkai sapu glagah menjadi pemandangan sehari-hari. Prosesnya dilakukan secara manual dengan ketelatenan tinggi, mulai dari memilah bunga gelagah, mengikatnya dengan kuat pada gagang kayu, hingga merapikannya menjadi sapu yang fungsional dan awet. Produk sapu ini kemudian dijual kepada para pengepul yang datang ke desa atau dipasarkan langsung ke pasar-pasar tradisional di sekitar Purbalingga. Meskipun menghadapi persaingan dari produk sapu modern buatan pabrik, sapu glagah dari Desa Rabak tetap memiliki peminatnya sendiri karena kualitas dan keawetannya. Industri rumahan ini menjadi bukti nyata bagaimana sebuah desa mampu melestarikan kearifan lokal sekaligus menjadikannya sebagai sumber ekonomi yang berharga.